Aslamulaikum, Wr. Wb.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ….
Innalhamdalillahi nahmaduhu
wanasta'inuhu wanastaghfiruhu wana'udzubillahi min syuruuri anfusinaa wamin
sayyiaati a'maalina man yahdillahu falaa mudhillalahu waman yudhillhu falaa
haadiyalahu. Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammdan 'abduhuu
warosuluh.
Hadirin sidang majelis
muslimin wal muslimat yang yang dirahmati oleh Allah. Alhamdulillah, dengan
izin Allah kita bisa berkumpul di masjid ini untuk dapat menjalankan sholat
isya berjamah.
Beribu-ribu Syukur mari
senantiasa kita panjatkan kepada Allah
SWT karena memberikan rahmat-Nya kita, diberi Kesehatan sehingga kita dapat
berkumpul di maslis ini.
Tidak henti-hentinya saya mengajak diri danabapak ibu sekalian pada bulan puasa ini senantiasa kita meningkatkan
iman dan takwa kita, salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat Allah serta
menggunakannya untuk amal ibadah dan kebaikan sebanayk banyakknya di bupan
penuh rahmah dan ampunan ini.
Tak
lupa shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah memabwa
kita ke jalan kebenaran yaitu Islam.
Jama’ah
yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan sebuah kultum
dengan tema: Mendidik anak di era
digital.
Bapak ibu sekalian yang
dirahmati oleh Allah Alahmdulillah kita
diberikan oleh Allah, S,W.T oleh
keluarga, istri, anak dan harta yang patut kita syukuri, namun jangan
lupa, di dalam nikmat itu pula kita harus pandai mengolah ujian tersebut dengan
sebaik-baiknya terlebih di era digital ini. Seperti dalam surat (Q.S Ali Imran:
14) yang artinya
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ ١٤
zuyyina lin-nâsi ḫubbusy-syahawâti minan-nisâ'i
wal-banîna wal-qanathîril-muqantharati minadz-dzahabi wal-fidldlati
wal-khailil-musawwamati wal-an‘âmi wal-ḫarts, dzâlika matâ‘ul-ḫayâtid-dun-yâ,
wallâhu ‘indahû ḫusnul-ma'âb
Artinya: “Dijadikan indah pada
pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan. Antara lain:
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak. Kuda pilihan,
bintang-binatang ternak, sawah, dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia.
Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik. (Q.S Ali Imran: 14)
Nah salah satu ujian tersebut
tentunya di antaranya adalah bagaimana
menjaga diri kita, harta kita, anak kitad ari perrkembangan teknologi digital dan informasi adalah menjadi pemicu
masalah dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Perubahan ini dapat kita
rasakan dalam segal aspek kehidupan, nah sebagai contoh karena saya sebagai
guru melihat bagaimana dampak itu kepada anak didik saya yang luar biasa dari adanya game, sosial media youtube,
tixtox. Nilai-nilai, karakter anak ada dalam masyarakat
yang semakin menurun mereka saat seperti
ini anak muda lebih asyik dengan handphonenya
dari pada pergi ke masjid utuk ikut sholat
tarawih ini Ini tentunya menjadi tantangan kita bersama. Mereka kadang berkata
kasar terhadap orang tuanya, tidak apatuh pada gurunya, malas menjalankan
aktivitas dan sibuk dengan gadgetnya dll.
Sebagai seorang muslim, kita
harus selalu waspada dan hati-hati menghadapi laju teknologi yang sangat cepat
ini. Jika kehadiran teknologi ini tidak dibarengi dengan kualitas iman yang
baik, maka sangat mungkin anak-anak kita menerima dampak negatifnya, termasuk
pendangkalan akidah dan dan malasnya anak menjalankan ibadah. Maka kita melihat sekarang di era digital saat ini
di mana dunia maya seolah lebih nyata dari dunia nyata, komunikasi antar-anak
dan orangtua tak sedikit yang merenggang. Komunikasi murid lebih renggang
dengan gurunya.
Padahal kita seabgai orang tua
yang memiliki anak berarti kita harus
siap bertanggung jawab atas segala kebutuhan lahir beserta batinnya. Baik dari
nafkah, hingga ke pendidikannya.
Karena apa yang Allah
takdirkan untukmu, maka itulah amanah yang harus ditunaikan. amanah mendidik
anak tidaklah ringan, maka jagalah amanah dengan sebaik-baiknya sebab Allah
menjanjikan balasan pahala yang besar bagi orang-orang yang senantiasa
memelihara amanah. (QS. Al-Anfal ayat 27-28),
upaya mendidik anak adalah
kewajiban yang dibebankan kepada orang tua dengan hasil mutlak dalam ketentuan
Allah. (QS. Hud ayat 46, Maryam ayat 59),
Apalagi ia mempunyai tanggung
jawab untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di bumi. Allah
Ta’ala berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 9,
وَلْيَخْشَ
الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا
اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
walyakhsyalladzîna lau tarakû min
khalfihim dzurriyyatan dli‘âfan khâfû ‘alaihim falyattaqullâha walyaqûlû qaulan
sadîdâ
“Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (Q.s. An-Nisa’: 9)
Hadirin yang Dirahmati Allah
SWT
Pada ayat di atas Allah
menegaskan agar kita tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik secara fisik,
lemah mental berupa kurang pendidikan agama, lemah keterampilan sehingga kurang
dapat memberdayakan dirinya. Namun kita melihat saat ini kiat melihat bagaimaan
anak anak tergantung sama orangtuanya kirang mandiri, kurang cakap ketrampilan tidak bisa mencucui,
menyetrika seperti jaman kita dahulu. Termasuk di dalamnya lemah dalam bidang akidah kurang mengenal tidak takut sama Allah, lemah dalam bidang
ibadah banyak yang jarang sholat 5 waktu
, lemah secara intelektual/keilmuan kita melihat bagaimana nilai nilai masih kurang, dan lemah secara ekonomi.
Bagaimana Solusinya adalah sebgai berikut :
1. Kuatkan
Aqidah. Solusi untuk
mengatasi masalah ini adalah menekankan pendidikan akidah. Hal ini dicontohkan
oleh Al-Qur’an melalui kisah Luqman al-Hakim yang selalu menanamkan akidah
sejak dini kepada anak-anaknya. Allah berfirman,
وَإِذْ قَالَ
لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
wa idz qâla luqmânu libnihî wa huwa
ya‘idhuhû yâ bunayya lâ tusyrik billâh, innasy-syirka ladhulmun ‘adhîm
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar” (Q.s. Luqman: 13).
Nah di era digital ini kita bisa mencari guru ngaji melalui digital namun kita harus berhati hati
dalam mencari guru mellaui digital harus
benar benar yng dapat meningkatakn Aqidah kita.
2. Jangan
tinggalkan generasi yang lemah ibadah. Solusi agar terhindar dari
generasi yang lemah ibadah adalah menghadirkan pendidikan ibadah di dalam
keluarga, sekolah. Pembiasaan untuk melakukan ibadah sangat penting dilakukan
sejak dini, agar tumbuh komitmen dalam diri generasi muda untuk senantiasa
melaksanakan ibadah yang wajib maupun sunnah, seperti salat lima waktu, puasa, dll.Saat
ini, banyak sekali anak-anak muda yang meremehkan ibadah, terutama salat lima
waktu. Mreka tidak boleh meninggalkan sholat lima waktu walau di era gempuran era tekologi mereka
sibuk dengan gadgetnya tidak boleh meninggalkan sholat dan ibadahnya.
Fenomena generasi muda yang menyia-nyiakan
ibadah salat dan lebih memperturutkan hawa nafsu memang sudah disinggung di
dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah,
فَخَلَفَ
مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ
غَيًّا
fa khalafa mim ba‘dihim khalfun adhâ‘ush-shalâta
wattaba‘usy-syahawâti fa saufa yalqauna ghayyâ
“Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti
yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan
tersesat.” (Q.s. Maryam: 59)
3. Jangan
tinggalkan generasi lemah di bidang ilmu. Agar generasi tidak lemah di
bidang ilmu, maka kita sebagai orang tua harus terus memotivasi anak agar
semangat menuntut ilmu dan memilihkan institusi pendidikan yang baik bagi
mereka. Tidak dapat dipungkiri, orang yang miskin ilmu tidak akan mampu bertahan
dalam kehidupan dunia. Kesuksesan duniawi menuntut kecakapan, keterampilan dan
penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup.
Maka kita
juga harus berupaya mengajari anak kita
teknologi namun sesuai dengan takarannya
jangan sampai ketinggalan namun kita harus mampu memfilternya Orangtua bisa memilih terhadap konten yang
dapat membahayakan anak-anak mudah berseliweran di dunia maya. Orangtua tidak
boleh gagap akan kemajuan teknologi, sehingga
bisa membentengi anak dari hal-hal negatif
4. Jangan
tinggalkan generasi lemah ekonomi. Meninggalkan keluarga dalam
kondisi berkecukupan lebih baik dari pada meninggalkan keluarga dalam kondisi
miskin. Prinsip ini penting untuk dilaksanakan agar generasi berikutnya tidak
menjadi beban orang lain.
Rasulullah Saw. sendiri yang menjelaskan prinsip ini kepada
para shahabatnya. Suatu saat, ketika Rasulullah saw masuk ke dalam rumah Sa’ad
Ibnu Abi Waqqas Ra. dalam rangka menjenguknya ketika sakit parah, maka Sa’ad
bertanya, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta, sedangkan tidak
ada orang yang mewarisiku kecuali hanya seorang anak perempuan. Maka bolehkah
aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku?” Rasulullah Saw. menjawab, ”Tidak
boleh.” Sa’ad bertanya. ”Bagaimana kalau dengan separuhnya?” Rasulullah Saw
menjawab, ”Jangan.” Sa’ad bertanya, ”Bagaimana kalau sepertiganya?” Rasulullah
menjawab, ”Sepertiganya sudah cukup banyak.” Kemudian Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan adalah lebih baik daripada kamu membiarkan mereka dalam keadaan
miskin dan meminta-minta kepada orang lain.” (Muttafaq ’Alaih)
Dengan membekali anak
keturunan kita dengan empat bekal di atas, yaitu: pendidikan akidah, pendidikan
ibadah, bekal ilmu dan bekal ekonomi, maka kita berharap kita telah
melaksanakan perintah Allah untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah. Nah perintah menjaga keluarga kita ini sesuai dengan Q. S At-Tahrim ayat 6.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
QS. At-Tahrim ayat 6 :
yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan
keluargamu dari api yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia dan batu-batu.
Diatasnya malaikat yang kasar yang keras-keras yang tidak mendurhakai Allah
menyangkut apa yang dia perintahkan, dan mereka mengerjakan apa yang
diperintahkan”. Tentunya masih banyak ayat-ayat lainnya dalam Al-quran yang
menjelaskan bagaimana peran orang tua dalam sebuah keluarga.
Maka dari itu di era digital ini orangtua berupaya untuk melakukan ;
1.
Orang tua terus mengembangkan diri dan
meningkatkan pengetahuan dengan cara mengikuti taklim-taklim, membaca buku-buku,
serta memanfaatkan media-media sosial yang banyak membahas tentang car mendidik anak.
2.
Sabar butuh keikhlasan dan kesabaran orang tua
dalam mendidik anak-anaknya karena merupakan amalan-amalan yang terus
menerus ditingkatkan.
3.
Keikhlasan memiliki dampak kekuatan yang begitu
dahsyat dan kesabaran merupakan syarat mutlak tercapainya tujuan hidup yang
hendaknya semua di niatkan semata-mata karena mengharap keridhaan Allah ta’ala.
Maka kita
selalu di sunahkan untuk berdoa untuk
anak kita
Surat
Al-Furqan ayat 74:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاما
Rabbana hablana min azwajina wa
dzurriyatina qurrota a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imama.
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)
Doa juga kita panjatkan agar anak jauh dari syetan
أُعِيْذُكَ
بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ
U‘îdzuka
bikalimâtillâhit tâmmati min kulli syaithânin, wa hâmmatin, wa min kulii ‘ainin
lâmmah. Allâhumma bârik fîhi, wa lâ tadhurrah.
Artinya, “Aku menyerahkan perlindunganmu dengan kalimat
Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, binatang melata/serangga, dan
segala pengaruh mata jahat. Tuhanku, turunkan keberkahan-Mu pada anak ini.
Jangan izinkan sesuatu membuatnya celaka.”
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu alaailaha illa 'anta
astagfiruka wa 'atubu ilaik.
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu'.
0 komentar:
Poskan Komentar Anda di sini dengan baik dan sopan