Kultum Bagus Mendidik Anak di Era Digital Saat ramadhan

Aslamulaikum, Wr. Wb.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ….

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta'inuhu wanastaghfiruhu wana'udzubillahi min syuruuri anfusinaa wamin sayyiaati a'maalina man yahdillahu falaa mudhillalahu waman yudhillhu falaa haadiyalahu. Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammdan 'abduhuu warosuluh.

Hadirin sidang majelis muslimin wal muslimat yang yang dirahmati oleh Allah. Alhamdulillah, dengan izin Allah kita bisa berkumpul di masjid ini untuk dapat menjalankan sholat isya berjamah.

Beribu-ribu Syukur mari senantiasa kita panjatkan  kepada Allah SWT karena memberikan rahmat-Nya kita, diberi Kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di  maslis ini.

Tidak henti-hentinya  saya mengajak diri danabapak ibu sekalian  pada  bulan puasa ini senantiasa kita meningkatkan iman dan takwa kita, salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat Allah serta menggunakannya untuk amal ibadah dan kebaikan sebanayk banyakknya di bupan penuh rahmah dan ampunan  ini.

Tak lupa shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah memabwa kita ke jalan kebenaran yaitu Islam.

Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan sebuah kultum dengan tema:  Mendidik anak di era digital.

Bapak ibu sekalian yang dirahmati oleh Allah Alahmdulillah  kita diberikan oleh Allah, S,W.T  oleh keluarga, istri, anak  dan  harta yang patut kita syukuri, namun jangan lupa, di dalam nikmat itu pula kita harus pandai mengolah ujian tersebut dengan sebaik-baiknya terlebih di era digital ini. Seperti dalam surat (Q.S Ali Imran: 14) yang artinya

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ ۝١٤

zuyyina lin-nâsi ḫubbusy-syahawâti minan-nisâ'i wal-banîna wal-qanathîril-muqantharati minadz-dzahabi wal-fidldlati wal-khailil-musawwamati wal-an‘âmi wal-ḫarts, dzâlika matâ‘ul-ḫayâtid-dun-yâ, wallâhu ‘indahû ḫusnul-ma'âb

Artinya: “Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan. Antara lain: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak. Kuda pilihan, bintang-binatang ternak, sawah, dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik. (Q.S Ali Imran: 14)

Nah salah satu ujian tersebut tentunya di antaranya adalah  bagaimana menjaga diri kita, harta kita,   anak kitad ari perrkembangan  teknologi  digital dan informasi adalah menjadi pemicu masalah dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Perubahan ini dapat kita rasakan dalam segal aspek kehidupan, nah sebagai contoh karena saya sebagai guru melihat bagaimana dampak itu kepada anak didik saya yang luar biasa  dari adanya game, sosial media youtube, tixtox.    Nilai-nilai, karakter anak ada dalam masyarakat yang semakin menurun mereka  saat seperti ini anak muda   lebih asyik dengan handphonenya dari pada pergi ke masjid  utuk ikut sholat tarawih ini Ini tentunya menjadi tantangan kita bersama. Mereka kadang berkata kasar terhadap orang tuanya, tidak apatuh pada gurunya, malas menjalankan aktivitas dan sibuk dengan gadgetnya dll.

Sebagai seorang muslim, kita harus selalu waspada dan hati-hati menghadapi laju teknologi yang sangat cepat ini. Jika kehadiran teknologi ini tidak dibarengi dengan kualitas iman yang baik, maka sangat mungkin anak-anak kita menerima dampak negatifnya, termasuk pendangkalan akidah dan dan malasnya anak menjalankan ibadah. Maka  kita melihat sekarang di era digital saat ini di mana dunia maya seolah lebih nyata dari dunia nyata, komunikasi antar-anak dan orangtua tak sedikit yang merenggang.  Komunikasi murid lebih renggang dengan gurunya.

Padahal kita seabgai orang tua  yang memiliki anak berarti kita harus siap bertanggung jawab atas segala kebutuhan lahir beserta batinnya. Baik dari nafkah, hingga ke pendidikannya. 

Karena apa yang Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yang harus ditunaikan. amanah mendidik anak tidaklah ringan, maka jagalah amanah dengan sebaik-baiknya sebab Allah menjanjikan balasan pahala yang besar bagi orang-orang yang senantiasa memelihara amanah. (QS. Al-Anfal ayat 27-28),

upaya mendidik anak adalah kewajiban yang dibebankan kepada orang tua dengan hasil mutlak dalam ketentuan Allah. (QS. Hud ayat 46, Maryam ayat 59),

Apalagi ia mempunyai tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di bumi. Allah Ta’ala berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 9,

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

walyakhsyalladzîna lau tarakû min khalfihim dzurriyyatan dli‘âfan khâfû ‘alaihim falyattaqullâha walyaqûlû qaulan sadîdâ

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.s. An-Nisa’: 9)

Hadirin yang Dirahmati Allah SWT

Pada ayat di atas Allah menegaskan agar kita tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik secara fisik, lemah mental berupa kurang pendidikan agama, lemah keterampilan sehingga kurang dapat memberdayakan dirinya. Namun kita melihat saat ini kiat melihat bagaimaan anak anak tergantung sama orangtuanya kirang mandiri,  kurang cakap ketrampilan tidak bisa mencucui, menyetrika seperti jaman kita  dahulu.  Termasuk di dalamnya  lemah dalam bidang akidah kurang mengenal  tidak takut sama Allah, lemah dalam bidang ibadah banyak yang jarang sholat  5 waktu , lemah secara intelektual/keilmuan kita melihat bagaimana nilai nilai  masih kurang, dan lemah secara ekonomi.

 

Bagaimana  Solusinya adalah sebgai berikut :

1.    Kuatkan Aqidah.  Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah menekankan pendidikan akidah. Hal ini dicontohkan oleh Al-Qur’an melalui kisah Luqman al-Hakim yang selalu menanamkan akidah sejak dini kepada anak-anaknya. Allah berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

wa idz qâla luqmânu libnihî wa huwa ya‘idhuhû yâ bunayya lâ tusyrik billâh, innasy-syirka ladhulmun ‘adhîm

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Q.s. Luqman: 13).

 Nah di  era digital ini kita bisa mencari  guru   ngaji  melalui digital namun kita harus berhati hati dalam mencari guru  mellaui digital harus benar benar yng dapat meningkatakn Aqidah kita.

2.    Jangan tinggalkan generasi yang lemah ibadah. Solusi agar terhindar dari generasi yang lemah ibadah adalah menghadirkan pendidikan ibadah di dalam keluarga, sekolah. Pembiasaan untuk melakukan ibadah sangat penting dilakukan sejak dini, agar tumbuh komitmen dalam diri generasi muda untuk senantiasa melaksanakan ibadah yang wajib maupun sunnah, seperti salat lima waktu, puasa, dll.Saat ini, banyak sekali anak-anak muda yang meremehkan ibadah, terutama salat lima waktu. Mreka tidak boleh meninggalkan sholat lima waktu  walau di era gempuran era tekologi mereka sibuk dengan gadgetnya tidak boleh meninggalkan sholat dan ibadahnya.

Fenomena generasi muda yang menyia-nyiakan ibadah salat dan lebih memperturutkan hawa nafsu memang sudah disinggung di dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah,


فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

fa khalafa mim ba‘dihim khalfun adhâ‘ush-shalâta wattaba‘usy-syahawâti fa saufa yalqauna ghayyâ

“Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat.” (Q.s. Maryam: 59)

 

3.     Jangan tinggalkan generasi lemah di bidang ilmu. Agar generasi tidak lemah di bidang ilmu, maka kita sebagai orang tua harus terus memotivasi anak agar semangat menuntut ilmu dan memilihkan institusi pendidikan yang baik bagi mereka. Tidak dapat dipungkiri, orang yang miskin ilmu tidak akan mampu bertahan dalam kehidupan dunia. Kesuksesan duniawi menuntut kecakapan, keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup.

Maka  kita juga harus  berupaya mengajari anak kita teknologi namun sesuai dengan takarannya  jangan sampai ketinggalan namun kita harus mampu memfilternya  Orangtua bisa memilih terhadap konten yang dapat membahayakan anak-anak mudah berseliweran di dunia maya. Orangtua tidak boleh  gagap akan kemajuan teknologi, sehingga bisa  membentengi anak dari hal-hal negatif

 

4.    Jangan tinggalkan generasi lemah ekonomi. Meninggalkan keluarga dalam kondisi berkecukupan lebih baik dari pada meninggalkan keluarga dalam kondisi miskin. Prinsip ini penting untuk dilaksanakan agar generasi berikutnya tidak menjadi beban orang lain.

Rasulullah Saw. sendiri yang menjelaskan prinsip ini kepada para shahabatnya. Suatu saat, ketika Rasulullah saw masuk ke dalam rumah Sa’ad Ibnu Abi Waqqas Ra. dalam rangka menjenguknya ketika sakit parah, maka Sa’ad bertanya, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta, sedangkan tidak ada orang yang mewarisiku kecuali hanya seorang anak perempuan. Maka bolehkah aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku?” Rasulullah Saw. menjawab, ”Tidak boleh.” Sa’ad bertanya. ”Bagaimana kalau dengan separuhnya?” Rasulullah Saw menjawab, ”Jangan.” Sa’ad bertanya, ”Bagaimana kalau sepertiganya?” Rasulullah menjawab, ”Sepertiganya sudah cukup banyak.” Kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan adalah lebih baik daripada kamu membiarkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang lain.” (Muttafaq ’Alaih)

Dengan membekali anak keturunan kita dengan empat bekal di atas, yaitu: pendidikan akidah, pendidikan ibadah, bekal ilmu dan bekal ekonomi, maka kita berharap kita telah melaksanakan perintah Allah untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah.  Nah perintah menjaga  keluarga kita ini  sesuai dengan Q. S  At-Tahrim ayat 6.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

 QS. At-Tahrim ayat 6 : yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu dari api yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia dan batu-batu. Diatasnya malaikat yang kasar yang keras-keras yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang dia perintahkan, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan”. Tentunya masih banyak ayat-ayat lainnya dalam Al-quran yang menjelaskan bagaimana peran orang tua dalam sebuah keluarga.

Maka dari itu  di era digital ini orangtua  berupaya untuk melakukan ;

1.    Orang tua terus mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan dengan cara mengikuti taklim-taklim, membaca buku-buku, serta memanfaatkan media-media sosial yang banyak membahas tentang  car mendidik anak.

2.    Sabar butuh keikhlasan dan kesabaran orang tua dalam mendidik anak-anaknya karena merupakan  amalan-amalan yang terus menerus ditingkatkan.

3.    Keikhlasan memiliki dampak kekuatan yang begitu dahsyat dan kesabaran merupakan syarat mutlak tercapainya tujuan hidup yang hendaknya semua di niatkan semata-mata karena mengharap keridhaan Allah ta’ala.

Maka kita selalu di sunahkan untuk berdoa  untuk anak kita

Surat Al-Furqan ayat 74:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاما

Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imama.

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)

Doa juga kita panjatkan agar anak jauh dari syetan

أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ


U‘îdzuka bikalimâtillâhit tâmmati min kulli syaithânin, wa hâmmatin, wa min kulii ‘ainin lâmmah. Allâhumma bârik fîhi, wa lâ tadhurrah.

 

Artinya, “Aku menyerahkan perlindunganmu dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, binatang melata/serangga, dan segala pengaruh mata jahat. Tuhanku, turunkan keberkahan-Mu pada anak ini. Jangan izinkan sesuatu membuatnya celaka.”

 Demikian  kajian kali ini semoga bermanfaat bagi diri saya sendiri sebagai pengingat diri saya dan kelaurga saya.  Jika ada benarnya dari Allah jika ada salahna dari saya  mari kita tutup dengan dao kafarul majlis

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu alaailaha illa 'anta astagfiruka wa 'atubu ilaik.
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu'.



Virtual pembiasan

Popular Posts

 
Support : Beranda |
| Copyright © 2017. Guru SD Jogja - All Rights Reserved
Template Modify Mr.Widi | mastemplate
Proudly powered by Blogger Team